Selasa, 07 Juni 2011

Ekspedisi ke Teluk Kiluan

Perjalanan kali ini diawali dari tulisan tulisan komentar teman-teman di facebook dan KTT FB Group, dan kangcute tour n travel group (karena masing-masing anggota udah selesai menuntaskan program sarjananya, dan kembali ke habitatnya masing2, hehehe...) yang mengatakan ingin ber-ekspedisi lagi dan kumpul bareng anggota KTT lainnya. Dari sana kami mulai mencari waktu dan lokasi yang tepat, serta membentuk panitia perjalanan. Dari hasil pencarian di internet serta beberapa info tentang tempat-tempat yang layak dikunjungi maka dilakukan voting suara dan terpilihlah sebuah tempat di daerah tanggamus bernama teluk kiluan.

Beberapa sumber mengatakan teluk kiluan adalah sebuah pantai yang sangat indah, dengan pulau-pulau dan bukit yang masih perawan, paitai ini belum banyak diketahui oleh para wisatawan, dan hanya orang2 nekat dan bermodal rasa penasaran (seperti kami) saja yang pernah berkunjung kesana karena letaknya yang cukup jauh dari keramaian dan medan yang cukup berat untuk dilalui.

Setelah menyiapkan segala macam peralatan, tenda, tali, obat-obatan, bekal dan perlengkapan pribadi masing-masing, maka pada hari jum’at 09 April 2011 pukul 13:30 tim yang terdiri dari 9 orang mulai bergerak meninggalkan basic camp KTT yang berada di kota Metro. Perjalanan kali ini masih tetap menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi karena kami memperhitungkan beberapa kemungkinan, diantaranya; Arah dan tujuan objek kami yang belum jelas letaknya, medan yang menurut beberapa sumber cukup berat, dan waktu tempuh yang cukup panjang.

Kami mulai melaju dengan kecepatan rata-rata 60km/jam menuju Bandar Lampung dan sesekali berhenti di beberapa POM Bensin untuk mengisi bahan bakar kendaraan. Sekitar pukul 14:00 WIB kami tiba di Bandar Lampung dan kendaraan kami terus melaju menuju arah Teluk, dan dari sini kami telah dapat melihat bibir pantai yang sebagian telah menjadi objek wisata seperti pantai Pantai Marina, Lempasing, Kelapa Rapat dan beberapa objek wisata pantai lainnya. Perjalanan kemi teruskan mengikuti satu-satunya jalan pinggir pantai yang kondisinya sedikit berlubang dan berkerikil terus mengarah ke Barat Daya hingga tiba di Markas Komando Infanteri dan kavaleri angkatan laut Lampung.

Stelah sekitar satu jam perjalanan dari Markas Komando Infanteri dan kavaleri angkatan laut Lampung, jalan yang kami lalui mulai meliuk-liuk dengan diselingi tanjakan dan turunan yang cukup curam, kondisi jalan di daerah ini cukup buruk, karena banyak sekali kerikil yang lepas dan bertaburan di tengah jalan. Pemakin semakin terasa ‘extreme’ karena jalan yang ada adalah sebuah jalur yang berada dilereng perbukitan sehingga terdapat jurang tanpa pembatas yang cukup dalam di sebelah kiri jalan dan tebing batu yang curam tepat di sisi kanan jalan.

Tepat pukul 16:00 setelah kami menunaikan ibadah shalat Ashar di sebuah musholla, di sana kami menemukan sebuah persimpangan jalan dan mendapat petunjuk penduduk setempat bahwa untuk menuju ke teluk kiluan kami harus mengambil arah ke kiri. Dari sini kami mendapati pemandangan yang cukup unik karena di kanan kiri jalan adalah perkampungan penduduk suku Lampung asli dengan rumah panggung terbuat dari papan dan berukiran khas daerah Lampung, diselingi dengan pemandangan sawah menguning yang sangat luas dengan batas pandangan jajaran kebun kelapa dan perbukitan yang puncaknya berkabut sebagai latar belakangnya.

Akhirnya tepat pukul 19:00 setelah melewati tanjakan tertinggi dan turunan yang curam dengan jalan tanah kerikil, kami telah memasuki kawasan teluk kiluan. Sayangnya saat kami tiba matahari telah bersembunyi di peraduannya, sehingga hanya suasana gelap yang terlihat di perkampungan penduduk yang hanya mengandalkan penerangan dengan menggunakan generator/ jenset. Disana kami disambut dengan baik oleh para penduduk setempat, keramahan dan keakraban suasana desa langsung terasakan oleh kami. Kami langsung diantarkan ke sebuah rumah yang merupakan tempat penitipan kendaraan dan pemilik vila yang juga menyediakan fasilitas penyebrangan dengan perahu ke pulau kiluan.

Tepat pukul 20:30 kami mulai disebrangkan dengan menggunakan perahu cadik kecil bermesin tempel, yang hanya bisa ditumpangi oleh maksimal 8 orang, sehingga kami pun dibagi menjadi 2 kelompok dan diantar bergantian. Suasana lumayan gelap karena tidak ada bulan dan hanya terlihat kelip lampu rumah di sepanjang garis pantai yang kami tinggalkan dan terkadang terlihat rumah apung yang digunakan warga untuk menanam terumbu karang, karena daerah ini termasuk daerah yang dilindungi dan dijaga kelestarian alamnya.

Pukul 21:00 kami telah sampai di pulau kiluan dan mulai mendirikan tenda (kami memang berniat menggunakan tenda dan tidak menyewa villa (harga villa disini cukup murah) namun kami memang ingin merasakan suasana yang alami, setelah tenda berdiri kami membuat api unggun dan langsung makan malam karena memang perut sudah keroncongan, dilanjutkan dengan aktivitas masing-masing, bersantai-santai sambil bernyanyi (kalau memang pantas disebut bernyanyi) atau membakar munthul (ubi jalar). Sampai larut malam baru semua bisa terlelap karena hujan gerimis dan angin kencang menerpa, sehingga kami semua harus tidur berjubel di dalam tenda.

Pagi hari pukul 05:30 barulah kami dapat melihat sebuah pemandangan yang hanya dapat dilukiskan oleh mata yang melihat langsung, sebuah mahakarya Allah SWT terhampar agung di hadapan kami, walaupun cuaca masih remang-remang dan berkabut, namun telah terlihat hamparan pasir putih yang luas dan lembut, tersibak saat datang ombak kecil dari air laut yang biru bersih bening dengan latar belakang pulau pulau kecil yang masih rimbun oleh pepohonan berbaris di depan sebuah puncak bukit yang terlihat dengan puncaknya yang memutih diselimuti oleh kabut. Serta jajaran batu karang yang membelah ombak di tengah laut.

Kami sarapan pagi pada pukul 07:00 dilanjutkan dengan menikmati pemandangan, berenang dan bermain futsal di pantai yang berpasir luas. Kami juga menemukan banyak kerang yang menempel di batu-batu karang, saat dibakar di dalam bara api ternyata rasanya sungguh lezat. Setelah seharian bercengkrama dengan teluk kiluan kami mandi bergantian di sebuah sumur air tawar yang ada di pulau ini dan tibalah saatnya kami berkemas untuk kembali pulang.

Beberapa view yang sempat diabadikan

KTT Indonesia


beningnya pantai kiluan

ini awak armada KTT hehehe


Jumat, 15 Januari 2010



menantang ganasnya angin malam sambil menikmati buah duren jatuhan di pakuan aji.


selalu ada hikmah di balik acara mancing mania


MENJELAJAH ALAM WAY KANAN










Perjalanan anak-anak kangcute adventures ke Way Kanan sebenarnya adalah kunjungan ke rumah saya, yang terletak di Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten way kanan, tetapi karena letak rumah saya yg cukup jauh dan ndeso atau malah hutan (hehehe) jadi perlu dimasukan kedalam agenda touring..

Setelah menentukan hari dan tanggal yang tepat (tapi tanpa buka primbon lho) akhirnya rombongan/gerombolan anak-anak KTT menstater sepeda motor dari base camp KTT di Kota Metro. Rombangan yang berangkat saat itu berjumlah 7 ekor, karena yang laen pada punya alibi masing2 buat kagak ikut, meskipun dengan sedikit kecewa, mereka melepaskan keberangkatan kami.

Perjalanan ditempuh dengan lancar karena jalan yang kami lalui adalah jalur lintas tengah yang lumayan mulus. Setelah 3 jam melalui kabupaten Lampung Tengah, dan menyebrangi Kabupaten Lampung Utara akhirnya gerbang Way Kanan pun dengan ramah menyambut kami, dari sini saya tawarkan ke temen-teman mau lewat jalan pintas (lewat Banjit) atau lewat Simpang Empat yang rutenya sedikit memutar tapi jalannya hot mix punya.

Karena udah sore mereka sepakat pilih jalan pintas. Ya udah, rasain aja jalan yang hot max yang bener2 bikin pantat jadi hot, yaitu lewat daerah Banjit, berkeliling didaerah ini serasa berada di pulau dewata, karena disepanjang jalan banyak terdapat pura dan patung2 ukiran khas Bali sebab mayoritas masyarakat disini adalah suku bali yang beragama Hindu, dan sekitar pukul 04.00 akhirnya kami tiba juga di rumah, sebagai pelepas dahaga saya persilahkan mereka memanjat dan menikmati buah kelapa muda segar dari kebun dibelakang rumah.

hari kedua pagi-pagi sekali mereka saya ajak untuk kungkum atawa ciblon atau mandi di kali way tahmi yang tidak jauh dari desa saya, sungai yang lumayan gede dan boleh dibilang masih alami, airnya sangat bening dan sejuk dengan tepian batu-batu kali dan latar belakang kebun dan hutan. agak siang setelah memancing beberapa ekor lele di kolam belakang mereka saya ajak untuk menyantap lele bakar di penggir sungai tahmi juga, tapi yang bagian atas, yang terletak di lingkungan konservasi hutan kawasan, sehingga untuk menuju ke sana saja harus melalui medan yang cukup ekstrim (menurut mereka hehe) karena sisi sepanjang sungai adalah tebing yang terjal.

Hari ketiga kami mengunjungi objek wisata curup (air terjun) gangsa yang terletak di kaki bukit Dusun Tanjung Raya, kecamatan Kasui. Air terjun ini bersumber dari patahan sungai Way Tangkas yang mengalir dari relung-relung punggung bukit punggur meliuk-liuk melalui dusun Tanjung Kurung Lebak Paniangan, dengan ketinggian +50 meter , diselimuti kabut dan belaian desir angin semilir berterbangan membawa embun yang sejuk menambah suasana semakin alami. saat cuaca cerah, kita dapat melihat biasan warna pelangi yang dipantulkan oleh percikan air curup. Pada saat tengah malam dalam suasana sepi sering terdengar suara gemerincing bagaikan suara seluring Gangsa, konon dari suara inilah nama Curup gangsa oleh masyarakat sekitar menjadi nama objek wisata, yang berjarak sekitar 50 km. dari pusat ibukota Kabupaten.

Ini adalah beberapa hasil bidikan anak-anak KTT yang kurang maksimal karena masih amatiran dan hanya menggunakan kamera handphone (hehehe).



lele bakar

way tahmi